Percetakan Mataram



Identifikasi dan Analisis Bisnis dan Resiko Perusahaan Lokal
UD. Offset dan Percetakan Mataram




Nama Perusahaan : UD. Offset & Percetakan Mataram
Tahun Berdiri : Tahun 1999
Nama Pemilik : Dewi Safitriani
Alamat Perusahaan :  Jl. Raya Solo-Purwodadi, Sambirejo RT. 02 / IX, Kadipiro, Solo (Utara Palang Joglo)
Jumlah Karyawan : 8 orang
Jam Operasional : 08.00 – 16.00 WIB
Alasan Mendirikan Usaha :
Awalnya, pemilik bekerja di sebuah bank, kemudian terkena PHK. Lalu, dengan bekal suaminya memiliki pengalaman dalam bidang percetakan, beliau mulai usaha percetakan sedikit demi sedikit.
Jenis Jasa :
Jasa potong kertas, brosur, kartu nama, blangko kantor, undangan, kop surat, amplop, karcis, kalender, nota, label, buku yasin, dll.
Motto Usaha :
Menciptakan kesejahteraan bersama, menciptakan dan mengembangkan lapangan pekerjaan, mengembangkan profesionalisme pekerjaan, selalu berdoa, tekun, ikhlas, dan punya hutang seminim mungkin.
Jumlah Aset :
2 unit Mesin Cetak, 2 unit Mesin Pemotong Kertas, 2 unit Komputer, 2 unit Printer, 1 unit Mesin Perekat Kertas, kertas, tinta, oli, lem, plastik, stapler kecil dan besar, selotip, lakban.
 

Identifikasi dan Analisis Bisnis Perusahaan
Pada awalnya sebelum mendirikan perusahaan, Ibu Dewi mengawali karirnya menjadi pegawai di sebuah bank di Solo, tetapi pada tahun 1998 tepat saat terjadinya kerusuhan, Ibu Dewi terkena PHK dari bank tersebut. Sempat beliau menjadi pengangguran, tetapi dalam semasanya beliau bekerja di bank tersebut beliau sedikit demi sedikit mulai menginvestasikan hasil gajinya di bank tersebut dengan membeli sebuah mesin cetak seharga Rp 9.000.000,- pada masa itu walaupun pada waktu itu gaji beliau tidak mencukupi untuk membeli tunai mesin tersebut, beliau memutuskan untuk meminjam ke koperasi, karena prinsip beliau, beliau tidak akan meminjam uang di bank. Beliau memutuskan untuk membeli mesin cetak karena beliau melihat dari latar belakang suaminya yang dulu pernah bekerja di bidang percetakan dan sebagai karyawan bagian mencetak, maka beliau memiliki harapan untuk terjun dalam dunia percetakan.
Karena usaha berkembang pesat, Ibu Dewi memutuskan untuk membeli beberapa mesin lagi secara bertahap dan juga seperangkat komputer dan merekrut beberapa karyawan dari perusahaan lain yang sudah berpengalaman dalam percetakan. Dari hasil perekrutan tersebut, Ibu Dewi juga berusaha belajar mendesain undangan, brosur, dll. Pada akhirnya, percetakan tersebut bisa menyediakan jasa berupa pembuatan undangan, nota, dll tanpa pelanggannya harus membawa kertas sendiri, sehingga kini pelanggan tidak perlu membawa kertas lagi karena sudah disediakan oleh percetakan tersebut.
Beberapa pelanggan yang menggunakan jasa percetakan Ibu Dewi seperti, Gudang garam, sari warna asli, dari sekolah-sekolah yang mencetakan LKS maupun soal-soal, Distributor daging Aroma, serta beberapa pesanan untuk nota-nota, dan undangan pernikahan, dll. Sampai saat ini, percetakan Mataram tersebut mempekerjakan 8 karyawan dan setiap karyawan bekerja sesuai dengan spesialisasi yang dimilikinya, seperti bagian membuat undangan, menjalankan mesin, memotong kertas, mengelem nota-nota, dan memilah-milah kertas, dll. Percetakan tersebut mengalami banyak orderan pada saat tahun baru karena banyak yang memesan kalender, juga saat kampanye politik banyak yang memesan brosur, sticker, dll, tahun ajaran baru sekolah karena banyak yang membuat LKS-LKS, dll, selainnya tergantung pesanan pelanggan.

Identifikasi dan Analisis Resiko Perusahaan
Berdasarkan hasil wawancara, dapat diidentifikasi bahwa resiko-resiko yang dihadapi oleh percetakan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Risiko murni (Pure Risk) : Dalam usaha percetakan, resiko murni yang dihadapi hanyalah resiko karyawan. Percetakan tersebut terkadang mengalami hambatan berupa karyawannya yang melakukan cuti dadakan atau mengundurkan diri disaat banyak pesanan yang harus diselesaikan, sehingga harus mengeluarkan lebih banyak biaya untuk membayar lembur karyawan, uang makan karyawan dan dapat mengakibatkan tertundanya penyelesaian pesanan.
2. Risiko spekulatif
a.    Risiko pasar
Risiko pasar yang dihadapi oleh percetakan tersebut adalah kenaikan tarif dasar listrik dan kenaikan harga bahan baku yang paling signifikan yaitu kertas. Menurut Ibu Dewi, kenaikan harga kertas lebih terasa dan berpengaruh daripada kenaikan tarif dasar listrik. Kenaikan harga kertas sering terjadi seiring adanya fluktuasi harga.
b.    Risiko kredit / investasi
Terdapat pula resiko legal yang dialami oleh perusahaan tersebut yaitu adanya konsumen yang tidak menepati janjinya untuk membayar pesanan sehingga usaha tersebut mengalami kerugian, hal tersebut terjadi karena tidak ada perjanjian hukum yang mengikatnya.
c.    Risiko operasional
Risiko yang dihadapi adalah terjadi kerusakan seperti kerusakan pada mesin cetak, dan komputer eror sehingga produksi jadi tertunda.
Resiko-resiko yang dihadapi percetakan tersebut, dapat juga bersumber dari :
a.    Resiko intern yang dihadapi percetakan tersebut adalah kesalahan cetak, adanya kerusakan mesin, kesalahan pemotongan, dan kelalaian karyawan.
b.    Resiko ekstern yang dihadapi percetakan tersebut adalah persaingan bisnis saat ini karena terdapat banyak percetakan yang lebih unggul dan modern, fluktuasi harga bahan baku dan kenaikan tarif dasar listrik.

Dalam menekuni usaha percetakan, usaha tersebut tidak selalu berjalan mulus. Percetakan juga mengalami banyak resiko-resiko yang ringan hingga berat. Resiko yang dihadapi dan paling berpengaruh oleh Ibu Dewi pada saat ini adalah meningkatnya harga kertas yang sangat signifikan, fluktuasi nilai rupiah dan tarif listrik yang membuat Ibu Dewi terpaksa harus menaikkan harga percetakannya. Tetapi karena sudah banyak pelanggan yang mempercayai percetakan tersebut, maka Ibu Dewi hanya bisa menaikan harga percetakannya sedikit demi sedikit sehingga berdampak pada pengurangan laba yang diperolehnya.

Strategi Perusahaan Dalam Mengelola Resiko
Sesuai hasil wawancara yang kami dapatkan, kami dapat menyimpulkan bahwa Ibu Dewi sebagai pemilik, tidak terlalu memikirkan resiko-resiko yang beliau hadapi. Beliau berkata “Kalau sudah rejekinya, tidak akan kemana.” Dalam menghadapi kenaikan tarif dasar listrik, serta adanya fluktuasi harga, Ibu Dewi tidak terlalu memikirkan hal tersebut karena selama usahanya berjalan, beliau selalu bisa memperoleh pendapatan yang cukup untuk menutup biaya listrik dan biaya bahan baku. Jika kenaikan harga sangat dirasakan perlu dilakukan oleh Ibu Dewi, maka secara perlahan beliau akan menaikkan harga sekitar Rp 500,- sampai Rp 1000,- dari harga sebelumnya.
Beliau selalu mencoba berhati-hati dalam mengerjakan setiap pesanan pelanggan agar tidak terjadi banyak kesalahan yang dapat merugikan usahanya. Beliau juga selalu bersikap ramah dan selalu menjalin hubungan yang baik terhadap pelanggan dan juga karyawannya. Saat terjadi kekurangan karyawan karena adanya cuti yang dilakukan karyawan, Ibu Dewi mewajibkan karyawannya untuk lembur dengan memberi upah lembur serta uang makan apabila lembur melebihi Pk 18.00.

Pendapat Kelompok tentang Resiko dan Cara Mengelola Resiko
1.    Adanya Fluktuasi Rupiah, Kenaikan Tarif Dasar Listrik
Kelompok kami setuju dengan cara Ibu Dewi menaikkan harga secara perlahan karena hal ini dapat menanggulangi berpindahnya pelanggan ke percetakan lain.
2.    Piutang Usaha yang tidak dapat ditagih (Transaksi Tunai dan Bertempo)
Kami tidak setuju dengan sikap Ibu Dewi yang terkesan pasrah dan membiarkan hal tersebut terjadi. Menurut kami, Ibu Dewi harus lebih tegas dengan melakukan perjanjian kepada pelanggannya dengan cara pelanggan harus membayar uang muka sebesar 50% dari total harga pesanan dan saat pengambilan barang, harus membayar tunai setelah itu pesanan baru dapat diserahkan.
3.    Banyak karyawan yang cuti / tidak masuk kerja
Kami tidak setuju dengan sikap Ibu Dewi yang membiarkan para karyawannya mengambil cuti kapan saja. Ibu Dewi harus memberikan batasan cuti yang jelas, misalnya dalam 1 bulan maksimal 1 kali cuti, dan pada saat event-event tertentu yang mendapatkan banyak pesanan, diusahakan karyawan tidak ada yang cuti kecuali benar-benar ada keperluan yang sangat mendesak seperti sakit, orang tua meninggal, dll.
Untuk mengatasi banyaknya karyawan yang mengundurkan diri dari percetakan tersebut, kami setuju dengan cara Ibu Dewi yaitu mengadakan piknik bersama dan memberikan pinjaman uang bagi karyawan yang membutuhkan demi kesejahteraan para karyawannya.
4.    Banyak Pesaing yang lebih unggul dan modern
Dari hasil wawancara kami, Ibu Dewi belum memiliki rencana untuk mengembangkan usahanya karena beliau merasa dengan keadaannya saat ini, beliau mampu mencukupi berbagai kebutuhannya baik dari segi kebutuhan operasional, kebutuhan pribadi, dll dan sudah dapat mensejahterakan anggotanya. Namun menurut kami, dalam mengembangkan setiap usaha, Ibu Dewi harus selalu memikirkan strategi-strategi yang akan datang karena banyak resiko-resiko yang terjadi yang sifatnya tiba-tiba / mendadak sehingga Ibu Dewi bisa menghadapi resiko-resiko yang terjadi dengan bijaksana sesuai strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.
5.    Kesalahan produksi dan kelalaian karyawan
Kami setuju dengan cara Ibu Dewi yang menerapkan prinsip selalu berhati-hati dalam menyelesaikan semua pesanannya, karena hal tersebut dapat mengurangi kesalahan pada produksi, meminimalisir kerugian, dan pelanggan merasa puas dengan kinerja perusahaannya. Para karyawan harus selalu memantau hasil produksinya dan sesekali waktu Ibu Dewi memantau kinerja para karyawannya. Apabila karyawannya lalai, Ibu Dewi selalu memberikan teguran secara langsung, dan mengadakan evaluasi-evaluasi kinerja karyawannya. Menurut kami, sebaiknya Ibu Dewi memberikan kesempatan kepada karyawannya untuk mengikuti pelatihan atau kursus untuk menambah wawasan, mengembangkan kemampuan karyawannya dan lebih kreatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar